Perlu Ada Pemetaan Potensi dan Pembentukan Perkumpulan Cendekiawan Sunda Global ?

Wacana Pemetaan potensi  dan Pembentukan Perkumpulan Cendekiawan Sunda Pembentukan cendikiawan Sunda adalah langkah awal yang fundamental dan paling strategis dalam pembentukan Asosiasi Cendekiawan Sunda Global (ACSG) sebagai think tank yang kolaboratif dengan agenda global. Tanpa pemetaan yang komprehensif, kita tidak akan tahu siapa saja aset-aset intelektual yang kita miliki dan bagaimana kekuatan mereka dapat disinergikan.
Mari kita rinci proses pemetaan potensi ini dengan mempertimbangkan kolaborasi global:
Pemetaan Potensi Pembentukan ACSG: Strategi dan Langkah
Tujuan utama pemetaan ini adalah mengidentifikasi, mendata, dan menganalisis intelektual Sunda di diaspora untuk membentuk jaringan yang kuat dan mampu berkontribusi pada solusi global.
I. Tahap Perencanaan dan Desain Pemetaan
 1. Definisi "Cendekiawan Sunda Global":
   a. Kriteria Geografis: Siapa saja yang berdarah Sunda atau memiliki ikatan kuat dengan budaya Sunda, dan saat ini berdomisili di luar Indonesia (atau memiliki pengalaman global signifikan).
   b. Kriteria Intelektual/Profesional: Individu yang memiliki gelar pendidikan tinggi (S2/S3), peneliti, akademisi, profesional di bidang strategis (teknologi, kesehatan, keuangan, hukum, diplomasi, seni/budaya), pengusaha inovatif, atau pemimpin organisasi internasional/multinasional.
   c. Kriteria Karakter: Individu yang diyakini memiliki nilai-nilai Sunda Masagi (atau sejalan) dan semangat kolaboratif.
 2. Penentuan Data yang Dibutuhkan:
   a. Nama Lengkap dan Kontak (Email, LinkedIn, Nomor Telepon - opsional).
   b. Negara Domisili dan Kota.
   c. Institusi/Organisasi tempat bekerja/berekspansi.
   d. Bidang Keahlian Spesifik (misalnya, AI Ethics, Renewable Energy, Public Health Policy, Traditional Medicine Research, Urban Planning, Digital Humanities, International Law, Supply Chain Management).
   e. Gelar Pendidikan Tertinggi dan Universitas Asal.
   f. Pengalaman Relevan (publikasi, proyek, penghargaan, kepemimpinan).
   g. Minat Kolaborasi (isu global apa yang menarik bagi mereka, bidang Sunda apa yang ingin mereka kembangkan).
   h. Tingkat Ketersediaan/Komitmen Potensial (misalnya, bersedia menjadi anggota, bersedia berkontribusi pada proyek, bersedia menjadi mentor).
   i. Afiliasi dengan organisasi diaspora/profesional Sunda/Indonesia lainnya.
 3. Metode Pengumpulan Data:
   a. Survei Online: Menggunakan platform survei (Google Forms, SurveyMonkey) yang disebarkan secara luas.
   b. Jejaring Sosial Profesional: Memanfaatkan LinkedIn, ResearchGate, Academia.edu untuk mencari individu dengan kata kunci "Sunda" atau "Indonesia" di institusi global.
   c. Database Akademik/Institusi: Mengakses database universitas/lembaga riset untuk mencari nama-nama Indonesia/Sunda.
   d. Kontak Pribadi (Snowball Sampling): Meminta individu yang sudah teridentifikasi untuk merekomendasikan cendekiawan Sunda lainnya di jaringan mereka.
   e. Kerja Sama dengan Komunitas Diaspora: Menggandeng komunitas Sunda/Indonesia di berbagai negara (misalnya, paguyuban, PPI/Permias, organisasi profesional) untuk membantu penyebaran informasi dan identifikasi anggota.
   f. Kedutaan Besar/Konsulat Jenderal RI: Mengajak kerja sama perwakilan RI di luar negeri yang mungkin memiliki data diaspora.
II. Tahap Implementasi Pemetaan
 1. Pembentukan Tim Pemetaan Inti: Tim kecil yang berdedikasi untuk merancang, melaksanakan, dan menganalisis hasil pemetaan. Tim ini bisa terdiri dari inisiator awal.
 2. Penyusunan Materi Komunikasi: Membuat narasi yang jelas dan menarik tentang tujuan pembentukan ACSG dan urgensi pemetaan ini (mengapa mereka harus berpartisipasi).
 3. Distribusi Survei dan Pengumpulan Data: Menyebarkan tautan survei melalui berbagai saluran (email milis, grup WhatsApp, media sosial, jaringan profesional).
 4. Verifikasi dan Klarifikasi Data: Melakukan proses verifikasi jika ada data yang meragukan, mungkin melalui wawancara singkat atau konfirmasi via email/LinkedIn.
 5. Pendekatan Personal: Untuk individu yang sangat strategis atau memiliki reputasi tinggi, lakukan pendekatan personal melalui kontak bersama atau email langsung.
III. Tahap Analisis dan Pemanfaatan Hasil Pemetaan
 1. Klasifikasi Data: Mengelompokkan cendekiawan berdasarkan bidang keahlian, negara domisili, tingkat pengalaman, dan minat kolaborasi.
  2. Matriks Keahlian vs. Isu Global: Membuat matriks yang menunjukkan keahlian spesifik yang dimiliki oleh diaspora Sunda dan bagaimana keahlian tersebut dapat dipetakan ke dalam isu-isu global utama (misalnya, SDGs, climate change, digital literacy).
  3. Klaster Geografis: Mengidentifikasi konsentrasi cendekiawan di wilayah tertentu (misalnya, Silicon Valley, Eropa Barat, Asia Timur).
 4. Identifikasi "Key Person" dan "Champions": Menentukan individu-individu yang berpotensi menjadi pemimpin kelompok kerja, anggota Dewan Eksekutif, atau penasihat strategis karena keahlian, jejaring, dan komitmen mereka.
 5. Identifikasi Kesenjangan (Gap Analysis): Mengetahui bidang keahlian apa yang masih kurang terwakili dalam jaringan, sehingga dapat menjadi fokus rekrutmen selanjutnya.
 6. Pembentukan Basis Data (Database): Membuat basis data yang terorganisir dan mudah diakses (dengan mempertimbangkan privasi data) untuk kepentingan ACSG.
 7. Penyusunan Laporan Pemetaan Awal: Menyajikan hasil pemetaan dalam bentuk laporan yang komprehensif, termasuk temuan kunci, potensi, dan rekomendasi untuk langkah selanjutnya dalam pembentukan ACSG.
Kolaborasi dengan Agenda Global:
Saat pemetaan dilakukan, penting untuk secara eksplisit menanyakan minat dan pengalaman mereka dalam:
 8. Sustainable Development Goals (SDGs): Sektor SDG mana yang menjadi fokus mereka.
 9. Perubahan Iklim dan Keberlanjutan: Pengalaman dalam riset, kebijakan, atau implementasi terkait isu ini.
 10. Transformasi Digital: Keahlian di AI, blockchain, cybersecurity, big data, dll.
 11. Kesehatan Global: Pengalaman dalam riset medis, kebijakan kesehatan masyarakat, penanggulangan pandemi.
 12. Pendidikan dan Pengembangan SDM Lintas Budaya: Desain kurikulum, metodologi pengajaran global, manajemen talenta.
 13. Diplomasi dan Hubungan Internasional: Pengalaman di organisasi internasional, think tank global, atau kementerian luar negeri.
Dengan pemetaan yang strategis ini, ACSG tidak hanya akan menjadi kumpulan individu-individu cerdas, tetapi sebuah jaringan kekuatan intelektual yang terorganisir, terarah, dan siap untuk berkolaborasi secara efektif dalam menjawab tantangan global sambil tetap menjunjung tinggi identitas dan kearifan Sunda.
Waktu terbaik untuk memulai pemetaan ini adalah sekarang!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Asep Rohmandar : Presiden Masyarakat Peneliti Mandiri Sunda Nusantara

Seruan untuk Keadilan dalam Publikasi Ilmiah bagi Peneliti dari Negara Berkembang dan Dunia Keempat

Prolog Buku Komunikasi Pendidikan Yang Efektif? By Asep Rohmandar