Jeritan Sunyi Di Era Digital ?
Puisi: Jeritan Sunyi di Era Digital Oleh : Asep Rohmandar .
. Di lautan data, manusia terapung,
Layaran layar, jiwanya terhuyung.
Notifikasi menjerit, tak pernah usai,
Hati terbelenggu, sunyi dalam ramai. Dilema Digital:
Jari menari di atas kaca dingin,
Koneksi maya, namun hampa dalam batin.
FOMO mengintai, cemburu pada bayang,
Hidup diukur likes, jiwa jadi sayang.
Technostress meraja, pikiran terpaku,
Informasi membanjir, akal jadi jemu.
AI menjulang, manusia gentar,
Pekerjaan sirna, hati penuh amar. Trauma di Layar :
Berita berkelindan, dunia penuh luka,
Konflik dan krisis, hati jadi hampa.
Layar memancarkan cahaya yang kelam,
Trauma kolektif, jiwa dalam dendam.
Privasi direnggut, data jadi mainan,
Algoritma menjerat, manusia tak berdaya.
Kebenaran memudar di balik filter,
Hati teriris, kepercayaan berliter. Stres, Kerapuhan Masal :
Di era kilat, waktu bagai musuh,
Deadline mengejar, jiwa jadi rapuh.
Kehidupan maya menutup mata hati,
Ukhuwwah sirna, silaturahmi mati.
Konsumerisme digital, dopamin semu,
Kebahagiaan lenyap, tinggal sesal kelabu.
Kerapuhan masal, masyarakat terpecah,
Polarisasi tumbuh, cinta jadi lemah. Cahaya Tauhid di Tengah Gelap
Namun di sunyi, ada panggilan lembut,
Zikir berbisik, menenangkan kalut.
“Hasbunallah,” jiwa kembali pulang,
Tauhid menuntun, hati tak lagi bimbang.
Shalat khusyuk, obat bagi trauma,
Tafakkur alam, makna hidup terjaga.
Syukur mengalir, mengusir FOMO,
Sabar dan ikhlas, menangkal techno-stresmo. Bangkit dari Kerapuhan :
Halaqah dibentuk, ukhuwwah dirajut,
Komunitas hidup, jiwa tak lagi semute.
Digital dikuasai, bukan menguasai,
Literasi jadi perisai, hati tak goyah.
Warna biru laut, hijau daun menenangkan,
Visualisasi damai, jiwa kembali tenang.
Sedekah ilmu, ciptakan karya bermakna,
Manusia digital, bangkit dari trauma. Realitas Sosial, Harapan Baru :
Di era Big Bang AI, manusia punya pilihan,
Jadikan teknologi alat, bukan tuan.
Revolusi 5.0, humanis dan lestari,
Hati dan akal, bersama menari.
Mari satukan, spiritual dan modern,
Tauhid di dada, resiliensi di tangan.
Dari kerapuhan masal, kita bangun jembatan,
Menuju kebahagiaan, hidup penuh harapan. Bumi Parahyangan, Jawa Barat, Sunda Nusantara, Juni 2025.
Komentar
Posting Komentar