Analisis Dominasi Perguruan Tinggi dalam Publikasi Riset Nasional Tahun 2025: Studi Perbandingan dengan BRIN, BRIDA, dan NGO.
Analisis Dominasi Perguruan Tinggi dalam Publikasi Riset Nasional Tahun 2025: Studi Perbandingan dengan BRIN, BRIDA, dan NGO.
Pendahuluan.
Produktivitas riset dan publikasi ilmiah adalah indikator vital kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa. Di Indonesia, berbagai aktor berkontribusi dalam menghasilkan riset, mulai dari Perguruan Tinggi (PT), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA), hingga Non-Governmental Organizations (NGOs). Memasuki pertengahan tahun 2025, terlihat sebuah tren yang konsisten dari tahun-tahun sebelumnya: jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi secara signifikan lebih banyak dibandingkan dengan gabungan publikasi dari BRIN, BRIDA, dan NGO. Artikel ini akan menganalisis fenomena ini, mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, serta membahas implikasinya terhadap ekosistem riset nasional.
Data dan Fakta Tren Publikasi (Hingga Pertengahan 2025).
Meskipun data final untuk keseluruhan tahun 2025 belum terekapitulasi, indikator dari platform seperti SINTA (Sistem Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Kemendikbudristek dan berbagai database indeks (Scopus, Web of Science, Google Scholar) secara konsisten menunjukkan dominasi Perguruan Tinggi dalam menghasilkan publikasi ilmiah.
1. Perguruan Tinggi sebagai Lokomotif Publikasi: Hingga Juli 2025, universitas-universitas di Indonesia, baik negeri maupun swasta, terus menjadi produsen utama publikasi ilmiah. Kebijakan "publish or perish" yang semakin menguat di lingkungan akademik, tuntutan akreditasi program studi dan institusi, serta sistem insentif bagi dosen untuk mempublikasikan karyanya, secara masif mendorong peningkatan kuantitas publikasi. Ribuan dosen dan peneliti di ratusan perguruan tinggi secara aktif terlibat dalam kegiatan riset dan publikasi setiap tahunnya. Sebagai contoh, institusi seperti Universitas Indonesia, Gadjah Mada University, ITB, IPB, Universitas Airlangga, hingga perguruan tinggi swasta terkemuka seperti BINUS University dan Telkom University, masing-masing telah mencatat ribuan publikasi terindeks di database internasional setiap tahunnya.
2. Peran BRIN: Sebagai lembaga riset sentral pasca-integrasi berbagai lembaga non-kementerian, BRIN memiliki mandat besar dalam riset strategis nasional. Publikasi BRIN cenderung fokus pada riset-riset dasar dan terapan yang berskala besar, multidisiplin, dan relevan dengan agenda pembangunan nasional. Meskipun kualitas publikasi BRIN umumnya tinggi, jumlah peneliti aktif yang berfokus pada publikasi murni mungkin tidak sebanyak jumlah total dosen peneliti di seluruh Perguruan Tinggi. Data SINTA menunjukkan bahwa kontribusi kumulatif publikasi dari peneliti BRIN, meskipun signifikan secara kualitas, masih di bawah total publikasi dari seluruh Perguruan Tinggi.
3. Keterbatasan BRIDA: Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) adalah entitas yang relatif baru dan masih dalam tahap pengembangan di banyak daerah. Fokus utama BRIDA adalah riset yang relevan dengan kebutuhan lokal dan pembangunan daerah. Kapasitas riset dan publikasi BRIDA masih sangat bervariasi antar daerah, dengan sebagian besar masih berfokus pada kajian internal dan laporan teknis dibandingkan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi. Oleh karena itu, kontribusi BRIDA terhadap total publikasi nasional relatif masih kecil.
4. Kontribusi NGO: Non-Governmental Organizations (NGOs) seringkali melakukan riset yang bersifat advokasi, studi kasus, atau riset kebijakan yang hasilnya lebih banyak dipublikasikan dalam bentuk laporan, policy brief, atau media publikasi non-ilmiah formal. Meskipun beberapa NGO besar mungkin memiliki divisi riset yang mempublikasikan hasil di jurnal ilmiah, jumlahnya sangat terbatas dan tidak menjadi fokus utama mereka. Kontribusi total publikasi ilmiah dari NGO relatif minimal dibandingkan Perguruan Tinggi.
Faktor-faktor Penyebab Dominasi Perguruan Tinggi
Beberapa faktor kunci menjelaskan dominasi Perguruan Tinggi dalam hal jumlah publikasi riset:
5. Jumlah SDM Peneliti yang Jauh Lebih Besar: Perguruan Tinggi memiliki ribuan dosen yang berstatus peneliti, di mana publikasi merupakan bagian integral dari tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, pengabdian). Populasi dosen peneliti ini jauh melampaui jumlah peneliti di BRIN, apalagi di BRIDA dan NGO.
6. Tuntutan Akademik dan Karir: Kenaikan pangkat, akreditasi program studi, insentif, dan bahkan evaluasi kinerja individu di Perguruan Tinggi sangat terkait erat dengan jumlah dan kualitas publikasi ilmiah. Hal ini menciptakan lingkungan yang sangat kompetitif dan produktif dalam hal publikasi.
7. Infrastruktur dan Lingkungan Riset yang Mendukung: Banyak Perguruan Tinggi, terutama yang besar, telah menginvestasikan sumber daya signifikan dalam membangun laboratorium, pusat riset, perpustakaan digital, serta menyediakan pelatihan dan bimbingan penulisan artikel ilmiah.
8. Program Pendanaan Riset: Meskipun BRIN memiliki skema pendanaan riset yang besar, Perguruan Tinggi juga memiliki akses ke berbagai skema hibah riset dari Kemendikbudristek (seperti Penelitian Dasar, Terapan, Hilirisasi, Skema Riset Kolaborasi Internasional), serta pendanaan internal universitas yang mendorong publikasi.
9. Peran Mahasiswa: Mahasiswa, terutama di jenjang S2 dan S3, juga berkontribusi pada publikasi ilmiah melalui tesis, disertasi, dan proyek penelitian yang hasilnya wajib dipublikasikan. Ini merupakan "pasukan" peneliti tambahan yang tidak ada di BRIN, BRIDA, atau NGO dalam skala yang sama.
Implikasi Terhadap Ekosistem Riset Nasional
Dominasi Perguruan Tinggi dalam publikasi riset memiliki beberapa implikasi:
10. Peningkatan Indeks Ilmiah Nasional: Sebagian besar peningkatan peringkat ilmiah Indonesia di kancah global (misalnya, di database Scopus atau Web of Science) adalah berkat kontribusi besar dari Perguruan Tinggi.
11. Pentingnya Kolaborasi: Fenomena ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi yang lebih erat antara Perguruan Tinggi dengan BRIN, BRIDA, dan sektor industri. Kolaborasi dapat meningkatkan relevansi riset Perguruan Tinggi dan mendorong publikasi hasil riset BRIN/BRIDA ke jurnal bereputasi.
12. Diversifikasi Fungsi Lembaga Riset: Meskipun Perguruan Tinggi unggul dalam kuantitas publikasi, BRIN dan BRIDA memiliki peran strategis dalam riset yang terarah untuk kebijakan dan pembangunan. Jumlah publikasi mungkin bukan satu-satunya indikator keberhasilan mereka. BRIN fokus pada riset strategis nasional, sementara BRIDA pada riset spesifik daerah.
13. Peningkatan Kapasitas BRIN dan BRIDA: Untuk memperkuat kontribusi mereka dalam publikasi, BRIN dan BRIDA perlu terus memperkuat SDM peneliti, infrastruktur, dan budaya publikasi ilmiah, mungkin dengan mengadopsi praktik terbaik dari Perguruan Tinggi.
Kesimpulan :
Pada tahun 2025, Perguruan Tinggi di Indonesia tetap menjadi tulang punggung utama dalam menghasilkan publikasi ilmiah. Jumlah dosen peneliti yang masif, tuntutan akademik yang ketat, serta ekosistem riset yang semakin matang di lingkungan universitas menjadi faktor kunci dominasi ini. Meskipun BRIN memiliki peran strategis dalam riset berskala nasional dan BRIDA fokus pada riset daerah, kontribusi publikasi ilmiah mereka secara kuantitas masih jauh di bawah Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, penguatan sinergi dan kolaborasi antara Perguruan Tinggi, BRIN, BRIDA, dan NGO menjadi krusial untuk menciptakan ekosistem riset yang lebih seimbang, produktif, dan berdampak, tidak hanya dari segi kuantitas publikasi tetapi juga relevansi dan hilirisasi hasil riset bagi kemajuan bangsa.
Referensi ( perlu dicari yang paling aktual dari SINTA atau laporan resmi di akhir 2025/awal 2026):
1. SINTA Kemendikbudristek. (Terus diperbarui). Data Kinerja Publikasi Perguruan Tinggi dan Peneliti. Diakses dari https://sinta.kemdikbud.go.id/ (Akses terakhir: Juli 2025, untuk tren dan data terkini yang tersedia).
2. Scopus/Web of Science Database. (Akses melalui langganan institusi untuk data spesifik publikasi per afiliasi).
3. Laporan Tahunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). (Contoh: Laporan Kinerja BRIN tahun 2024 atau 2025, jika sudah tersedia).
4. Peraturan dan Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). (Misalnya, Permendikbudristek tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Pedoman Operasional Angka Kredit Dosen).
5. Studi dan Analisis Peringkat Universitas Internasional. (Contoh: Laporan EduRank, QS World University Rankings, THE World University Rankings yang mencakup indikator publikasi).
Komentar
Posting Komentar