Membedakan Tujuan Numena dan Fenomena?

Tujuan Membedakan Fenomena dan Noumena                                                             
Membedakan fenomena dan noumena adalah inti dari filsafat Immanuel Kant, dan tujuannya sangat fundamental untuk memahami batasan pengetahuan manusia. Berikut adalah beberapa tujuan utamanya:
 1. Menetapkan Batasan Pengetahuan Manusia: Tujuan utama Kant adalah menunjukkan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada apa yang dapat kita alami atau indra (fenomena). Kita tidak dapat secara langsung mengetahui "hakikat benda pada dirinya sendiri" (noumena). Ini mencegah klaim-klaim metafisik yang tidak dapat diverifikasi dan mendorong pemikiran kritis.
 2. Menyelamatkan Ilmu Pengetahuan: Dengan membatasi pengetahuan pada fenomena, Kant berpendapat bahwa ilmu pengetahuan (khususnya fisika Newton) memiliki landasan yang kokoh. Hukum-hukum alam berlaku untuk dunia fenomenal karena akal budi kita sendirilah yang mengorganisirnya.
 3. Memungkinkan Etika dan Kebebasan: Jika kita hanya bisa mengetahui fenomena, maka ada ruang bagi kebebasan dan moralitas. Noumena, sebagai dunia "di luar" pengalaman, adalah tempat di mana konsep-konsep seperti kebebasan, kehendak bebas, dan Tuhan dapat eksis tanpa bertentangan dengan determinisme dunia fisik. Tanpa noumena, kebebasan individu akan sulit dijelaskan dalam kerangka hukum alam yang ketat.
 4. Menjelaskan Peran Akal Budi: Pembagian ini menyoroti peran aktif akal budi dalam membentuk pengalaman kita. Kita tidak hanya menerima data mentah dari dunia, tetapi akal budi kita memiliki kategori-kategori bawaan (seperti ruang, waktu, sebab-akibat) yang mengorganisir data indrawi menjadi pengalaman yang koheren. Ini berarti bahwa apa yang kita lihat sebagai realitas fenomenal sebagian dibentuk oleh struktur kognitif kita sendiri.
Irisan Fenomena dan Noumena: "Jembatan" Keduanya
Meskipun Kant menekankan perbedaan tajam antara fenomena dan noumena, ia juga menyadari perlunya "jembatan" atau irisan yang menghubungkan keduanya. Jembatan ini bukanlah akses langsung ke noumena, melainkan cara kita bisa "membayangkan" atau "menuntut" keberadaan noumena dari dalam kerangka fenomenal. Beberapa poin yang bisa dianggap sebagai irisan atau jembatan adalah:
 5. "Benda pada Dirinya Sendiri" (Ding an sich): Fenomena adalah "penampakan" dari sesuatu yang mendasarinya, yaitu "benda pada dirinya sendiri" atau Ding an sich. Meskipun kita tidak dapat mengetahuinya secara langsung, keberadaannya dituntut sebagai penyebab dari sensasi-sensasi yang kita alami. Ini adalah konsep yang paling jelas menunjukkan adanya sesuatu di balik fenomena.
 6. Gagasan Akal Budi (Ideas of Reason): Gagasan-gagasan seperti Tuhan, kebebasan, dan keabadian jiwa adalah gagasan-gagasan yang melampaui pengalaman yang mungkin (fenomena). Meskipun kita tidak dapat membuktikan atau menyangkal keberadaannya secara empiris, akal budi manusia secara inheren memiliki kecenderungan untuk memikirkannya. Gagasan-gagasan ini berfungsi sebagai "regulator" bagi akal budi kita, membimbing pencarian kita akan kesatuan dan totalitas.
 7. Postulat Moral (Moral Postulates): Dalam etika, Kant berpendapat bahwa agar moralitas memiliki makna, kita harus mempostulatkan adanya kebebasan, keabadian jiwa, dan Tuhan. Ini bukan pengetahuan dalam arti empiris, tetapi keyakinan yang diperlukan untuk praktik moral. Postulat ini menghubungkan dunia fenomenal (di mana tindakan moral terjadi) dengan dunia noumenal (di mana kebebasan dan tujuan moral berada).
Konsep fenomena dan noumena adalah pusat dari pemikiran kritis Immanuel Kant. Untuk memahami hal ini adalah karya-karya utamanya, terutama:
 1. Kant, Immanuel. Kritik der reinen Vernunft (Critique of Pure Reason). Ini adalah karya di mana Kant secara sistematis mengembangkan teorinya tentang pengetahuan, termasuk perbedaan antara fenomena dan noumena.
 2. Kant, Immanuel. Grundlegung zur Metaphysik der Sitten (Groundwork of the Metaphysics of Morals). Dalam karya ini, Kant membahas bagaimana konsep kebebasan (yang terkait dengan noumena) menjadi dasar bagi moralitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Asep Rohmandar : Presiden Masyarakat Peneliti Mandiri Sunda Nusantara

Seruan untuk Keadilan dalam Publikasi Ilmiah bagi Peneliti dari Negara Berkembang dan Dunia Keempat

Prolog Buku Komunikasi Pendidikan Yang Efektif? By Asep Rohmandar