Puisi Untuk Sang Kritikus

Untuk Sang Kritikus 

Wahai pembedah kata-kata,
Penimbang rasa dalam baris,
Engkau datang dengan mata elang
Mencari celah di setiap metafora.

Dengan pena merah di tangan,
Kau kupas makna hingga ke akar,
Tanyakan: "Mengapa bulan menangis?"
"Apakah cinta benar-benar berwarna biru?"

Kami, para penulis puisi,
Kadang gemetar di hadapan analisismu,
Takut diksi yang kami pilih
Ternyata hanya sampah yang berima.

Namun tahukah, wahai sang hakim sastra,
Bahwa puisi lahir dari napas yang sesak,
Dari jantung yang berdetak tidak beraturan,
Dari mimpi yang terlalu besar untuk kata-kata.

Engkau bedah dengan pisau logika,
Kami ciptakan dengan darah dan air mata,
Engkau cari struktur yang sempurna,
Kami taburkan kekacauan yang indah.

Maka biarlah kita berdamai:
Engkau dengan kacamata kritismu,
Kami dengan kertas kosong dan pena,
Sama-sama mencintai puisi dengan cara yang berbeda.

Sebab tanpa kritik, puisi akan manja,
Tanpa puisi, kritik akan hampa,
Kita butuh satu sama lain
Dalam tarian abadi sastra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Asep Rohmandar : Presiden Masyarakat Peneliti Mandiri Sunda Nusantara

Seruan untuk Keadilan dalam Publikasi Ilmiah bagi Peneliti dari Negara Berkembang dan Dunia Keempat

Prolog Buku Komunikasi Pendidikan Yang Efektif? By Asep Rohmandar