Esai: Literasi, Teknologi, dan Partisipasi Publik dalam Pembangunan Bangsa
Esai: Literasi, Teknologi, dan Partisipasi Publik dalam Pembangunan Bangsa
Pendahuluan
Perkembangan masyarakat modern ditandai oleh derasnya arus informasi, meningkatnya partisipasi publik, serta kebutuhan akan tata kelola yang transparan. Perjalanan berbagai pelatihan, seminar, dan lokakarya yang diikuti oleh penulis—mulai dari jurnalisme Islam, seminar e-commerce, politik anggaran, pengelolaan sumber daya alam, hingga literasi masyarakat—mencerminkan spektrum keterlibatan masyarakat sipil dalam membangun peradaban berbasis ilmu pengetahuan.
Kegiatan ini bukan hanya sebatas formalitas sertifikasi, melainkan bagian dari proses panjang pembentukan kapasitas individu dan kolektif untuk menjawab tantangan abad ke-21: globalisasi, digitalisasi, demokratisasi, dan keberlanjutan lingkungan.
Literasi Jurnalistik dan Kesadaran Sosial
Pelatihan Jurnalistik Islami (2000) merupakan fondasi penting dalam membangun budaya literasi dan komunikasi publik. Jurnalistik Islami menekankan etika, kebenaran, dan tanggung jawab sosial dalam menyampaikan informasi. Dalam era pasca-reformasi, peran jurnalis bukan hanya penyampai berita, tetapi juga agen perubahan sosial yang menjaga nilai moral masyarakat (Haryatmoko, 2007).
Relevansi ke depan adalah membangun literasi digital yang beretika, mengingat banjirnya informasi di media sosial yang rawan hoaks.
E-Commerce dan Transformasi Ekonomi
Seminar E-Commerce (2000) di ITB mengajarkan bahwa teknologi informasi mengubah lanskap perdagangan global. Menurut Laudon & Traver (2021), e-commerce bukan hanya soal transaksi digital, melainkan ekosistem ekonomi berbasis jaringan yang menuntut regulasi, keamanan, dan kesiapan sumber daya manusia.
Makna ke depan adalah bagaimana masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen digital melalui UMKM berbasis teknologi, mendukung program pemerintah tentang transformasi digital nasional (Kemenkominfo, 2021).
Politik Anggaran dan Demokratisasi
Sekolah Politik Anggaran (2009–2010) menekankan bahwa anggaran adalah instrumen politik yang menentukan arah pembangunan. Menurut Wildavsky (1992), "the budget is not only a financial document but a political act."
Dengan memahami politik anggaran, masyarakat sipil dapat mengawal kebijakan publik agar berpihak kepada rakyat. Ke depan, keterbukaan anggaran (open budget) dan partisipasi publik menjadi kunci dalam mewujudkan good governance.
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Lokakarya Pengelolaan SDA-LH di DAS Citarum (2010) menegaskan pentingnya sinergi perguruan tinggi, pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal. Krisis ekologi yang terjadi di DAS Citarum mencerminkan lemahnya tata kelola lingkungan. Menurut Ostrom (1990), keberhasilan pengelolaan sumber daya bersama (commons) bergantung pada kolaborasi multi-pihak dan regulasi partisipatif.
Makna ke depan: generasi mendatang membutuhkan paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menjaga keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial.
Literasi dan Budaya Baca Masyarakat
Workshop Literasi dan Budaya Baca (2009) memperlihatkan bahwa membaca adalah pintu ilmu pengetahuan. UNESCO (2017) menekankan bahwa literasi adalah keterampilan dasar yang menentukan indeks pembangunan manusia.
Di era digital, literasi tidak lagi terbatas pada membaca buku cetak, melainkan juga literasi digital, literasi media, dan literasi data. Makna ke depan adalah membentuk masyarakat pembelajar sepanjang hayat (lifelong learning society).
Sintesis dan Relevansi
Jika ditarik benang merah, seluruh tema ini memiliki keterkaitan:
- Jurnalistik Islami → membentuk kesadaran etis dan moral dalam komunikasi.
- E-Commerce → membuka peluang ekonomi digital dan kemandirian bangsa.
- Politik Anggaran → mendorong transparansi dan partisipasi dalam pembangunan.
- Pengelolaan SDA → menjaga keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang.
- Literasi → memperkuat kapasitas manusia dalam menghadapi perubahan zaman.
Kelima tema ini saling melengkapi, membentuk kerangka pembangunan masyarakat berpengetahuan, beretika, berdaya saing, demokratis, dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Perjalanan intelektual dan sosial dari berbagai pelatihan serta seminar tersebut menunjukkan bahwa kapasitas individu adalah fondasi perubahan kolektif. Di masa depan, tantangan terbesar bukan hanya globalisasi dan teknologi, tetapi juga bagaimana nilai-nilai etika, keberlanjutan, dan partisipasi publik dapat terintegrasi dalam setiap lini kehidupan.
Dengan demikian, pengalaman ini bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan modal sosial dan intelektual untuk berkontribusi dalam membangun bangsa.
Referensi
- Haryatmoko. (2007). Etika Politik dan Kekuasaan. Kompas.
- Laudon, K. C., & Traver, C. G. (2021). E-commerce: Business, Technology, Society. Pearson.
- Wildavsky, A. (1992). The New Politics of the Budgetary Process. Longman.
- Ostrom, E. (1990). Governing the Commons: The Evolution of Institutions for Collective Action. Cambridge University Press.
- UNESCO. (2017). Global Education Monitoring Report: Literacy for Sustainable Development. UNESCO Publishing.
- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). (2021). Roadmap Indonesia Digital 2021–2024.
Komentar
Posting Komentar