António Guterres: Menjembatani Kemelut Global dengan Agenda PBB yang Komprehensif
António Guterres: Menjembatani Kemelut Global dengan Agenda PBB yang Komprehensif
António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kesembilan, bukan hanya seorang diplomat atau politisi; ia adalah seorang veteran layanan publik yang kariernya telah menempa visi global tentang kompatibilitas yang sangat diperlukan antara agenda global yang mendesak dengan mandat PBB. Berasal dari Portugal, latar belakangnya sebagai Perdana Menteri dan, yang paling penting, sebagai Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) selama krisis pengungsian terparah, memberinya perspektif unik tentang kerapuhan kemanusiaan dan perlunya tindakan multilateral yang kokoh. Sejak menjabat pada tahun 2017, Guterres telah memposisikan dirinya sebagai juru bicara yang gigih untuk multilateralisme yang diperkuat dalam menghadapi tantangan yang eksistensial. Agenda global di bawah kepemimpinannya ditandai oleh kesadaran bahwa masalah-masalah global modern—mulai dari krisis iklim dan ketidaksetaraan yang ekstrem hingga konflik yang berkepanjangan dan ancaman teknologi baru seperti Kecerdasan Buatan (AI)—melampaui batas-batas negara dan memerlukan respons kolektif.Memperjuangkan Agenda Global dalam Pilar PBB
Kompatibilitas antara agenda Guterres dan PBB diwujudkan melalui dorongan reformasi dan prioritas tematik yang secara langsung menyentuh Piagam PBB dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs):
1. Iklim dan Keberlanjutan: Komitmen Eksistensial
Guterres telah menjadikan krisis iklim sebagai prioritas utama, dengan tegas menyerukan agar negara-negara meningkatkan target mitigasi dan adaptasi mereka. Hal ini sepenuhnya sejalan dengan pilar PBB tentang pembangunan berkelanjutan dan upaya untuk mencapai SDG 13 (Aksi Iklim). Ia secara konsisten menekankan perlunya transisi energi yang adil, mengkritik keras ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mengadvokasi keadilan iklim.
2. Perdamaian dan Keamanan: Aksi Pencegahan
Pengalaman panjangnya di zona konflik dan krisis pengungsi menggarisbawahi pentingnya diplomasi preventif. Guterres memperkenalkan inisiatif "Agenda Baru untuk Perdamaian" (A New Agenda for Peace) yang bertujuan untuk memperkuat upaya PBB dalam pencegahan konflik, memitigasi risiko baru (termasuk ancaman dunia maya dan otonomi senjata), dan mereformasi Dewan Keamanan PBB agar lebih representatif terhadap realitas global abad ke-21. Hal ini secara langsung menegaskan pilar utama PBB: pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.
3. Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia: Membela Kaum Rentan
Sebagai mantan Kepala UNHCR, Guterres menempatkan martabat manusia sebagai pusat misinya. Ia berulang kali menyerukan perlindungan hak-hak pengungsi dan migran, melawan xenofobia, dan memastikan bantuan kemanusiaan menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Hal ini merupakan resonansi langsung dengan prinsip hak asasi manusia yang menjadi dasar PBB.
Menavigasi Perbatasan Baru: Tata Kelola AI
Tantangan terkini, seperti yang diilustrasikan dalam unggahan digitalnya, adalah Kecerdasan Buatan (AI). Guterres menyadari bahwa AI, dengan kecepatan transformasinya, dapat mengubah kehidupan sehari-hari, ekonomi global, dan ruang informasi secara radikal, sekaligus menimbulkan risiko yang signifikan terhadap perdamaian dan keamanan.
Kompatibilitas di sini terletak pada upaya PBB untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi ini melayani kemanusiaan dan dikelola oleh tata kelola global yang koheren. Ia menyerukan:
a. Pengaturan Global: Membangun sistem AI yang aman, terjamin, dan dapat dipercaya (seperti yang ia nyatakan).
b. Otoritas Manusia: Menjaga kendali manusia atas keputusan hidup dan mati, terutama dalam konteks militer dan sistem senjata otonom.
c. Dialog Global: Meluncurkan dialog tentang Tata Kelola AI untuk mengumpulkan pemerintah, industri, dan masyarakat sipil dalam menyusun aturan internasional, sejalan dengan fungsi PBB sebagai forum tertinggi untuk kerja sama internasional.
Reformasi: Multilateralisme yang Inklusif dan Efektif
Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan bangkitnya nasionalisme, Guterres berjuang untuk multilateralisme yang inklusif, jejaring, dan efektif. Laporannya, Our Common Agenda, adalah cetak biru untuk masa depan PBB yang lebih gesit dan relevan.
Melalui upaya ini, Guterres berusaha menjembatani jurang antara realitas global—yang ditandai oleh perpecahan dan krisis—dengan janji dan prinsip Piagam PBB. Narasi biografinya adalah tentang seorang pemimpin yang, dipandu oleh kompas moral layanan kemanusiaan, berusaha mereformasi arsitektur global agar mampu mengelola tantangan abad ke-21, memastikan bahwa masa depan dunia diatur bersama oleh manusia, dan bukan sebaliknya. Selamat ulang Tahun PBB ke-80. (AR, 27/9/2025).
Komentar
Posting Komentar