Kesesatan Informasi Berawal dari Kesesatan Berpikir ?
Kesesatan Informasi Berawal dari Kesesatan Berpikir ? Membaca Kekeliruan argumen seorang pakar dan pejabat kita bisa tidak logis. Keahlian dan jabatan di suatu bidang tidak menjamin kekebalan terhadap kesalahan dalam berpikir atau berargumen.
Logika argumen berdiri sendiri, terpisah dari siapa yang menyampaikannya.
I. Mengapa Argumen Pakar Bisa Tidak Logis?
Berikut adalah beberapa alasan umum mengapa argumen yang disampaikan oleh seorang ahli bisa jadi tidak logis atau keliru.
II. Kesesatan Logika (Logical Fallacies)
Pakar pun manusia yang bisa terjebak dalam cara berpikir yang keliru. Beberapa kesesatan yang sering terjadi adalah:
1. Appeal to Authority (Argumentum ad Verecundiam): Ini adalah kesalahan paling ironis. Pakar tersebut mungkin menyiratkan bahwa argumennya benar hanya karena dia adalah seorang ahli, bukan karena bukti atau logika yang mendukungnya.
> Contoh: "Sebagai seorang doktor fisika, saya katakan astrologi itu nyata. Anda tidak punya gelar seperti saya, jadi Anda harus percaya." (Keahliannya di fisika tidak relevan dengan astrologi).
>
2. Straw Man (Manusia Jerami): Pakar menyederhanakan atau salah merepresentasikan argumen lawan agar lebih mudah diserang, bukannya menanggapi argumen yang sebenarnya.
> Contoh: Seorang pakar ekonomi berkata, "Pihak oposisi ingin membagi-bagikan uang gratis kepada semua orang. Tentu saja itu akan menghancurkan ekonomi kita!" (Padahal, pihak oposisi mungkin hanya mengusulkan program bantuan sosial yang terarah).
>
III. Bias Kognitif 🧠
Pakar juga dipengaruhi oleh bias psikologis yang dapat mengaburkan penilaian objektif mereka.
1. Confirmation Bias (Bias Konfirmasi): Kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, dan mengingat informasi yang mendukung keyakinan yang sudah ada. Pakar mungkin hanya membaca penelitian yang sejalan dengan teorinya dan mengabaikan data yang bertentangan.
2. Overconfidence / Dunning-Kruger Effect: Terkadang, keahlian mendalam di satu bidang membuat seseorang merasa sangat yakin (bahkan terlalu yakin) saat berbicara di luar bidang keahliannya, di mana logikanya mungkin tidak seketat biasanya.
IV. Penalaran Termotivasi (Motivated Reasoning)
Argumen seorang pakar bisa dibentuk oleh motivasi eksternal, bukan murni oleh pencarian kebenaran.
1. Kepentingan Finansial atau Afiliasi: Seorang ilmuwan yang didanai oleh perusahaan farmasi mungkin cenderung menghasilkan kesimpulan yang menguntungkan produk perusahaan tersebut. Argumen yang dibangun bisa jadi "memilih-milih" data agar sesuai dengan hasil yang diinginkan.
2. Ideologi atau Keyakinan Politik: Seorang pakar kebijakan publik yang memiliki afiliasi politik kuat mungkin membangun argumen yang mendukung agenda partainya, meskipun bukti yang ada menunjukkan sebaliknya.
V. Kuncinya: Evaluasi Argumen, Bukan Orangnya
Penting untuk menghormati keahlian tetapi tetap bersikap kritis terhadap argumen. Saat mendengarkan seorang pakar, fokuslah pada:
1. Bukti yang Disajikan: Apakah datanya kuat, relevan, dan bisa diverifikasi?
2. Struktur Logika: Apakah kesimpulannya benar-benar mengikuti premis yang diberikan?
3. Potensi Bias: Apakah ada kemungkinan kepentingan lain yang memengaruhi argumennya?
Pada akhirnya, kualitas sebuah argumen ditentukan oleh kekuatan bukti dan logikanya, bukan oleh gelar atau reputasi orang yang menyampaikannya.
Komentar
Posting Komentar