Metafora : Ruang Gawat Darurat Indonesia Kita?
Metafora :
Ruang Gawat Darurat Indonesia Kita?
Di bangsal senyap bernama Indonesiaku Indonesia mu,
Sebuah raga terbaring, pucat pasi.
Nafasnya satu-satu, dibantu mesin berduri,
Monitor menampilkan grafik yang tak lagi menari.
Vonis Dokter: Kanker stadium empat.
Sel-sel ganas bernama khianat, merayap cepat.
Menggerogoti tulang sumpah, menghisap darah amanat,
Satu organ berpesta pora, yang lain sekarat.
Aku ingat dulu, tubuh ini pelari perkasa,
Dada bidangnya menantang cakrawala,
Urat kejujuran menonjol di lengan dan dada,
Kini hanya terbaring, menatap kosong dengan mata hampa.
Dan kami, anak-anakmu, berdiri di tepi kaca,
Menatap selang-selang yang membelit tanpa jeda.
Berbisik doa di antara marah pada sang peracik masa,
Para tabib berdebat, resepnya usang dan sia-sia.
Nadi keadilan nyaris berhenti berdenyut,
Garis di layar lurus, merangkai kisah kalut.
Sebuah diagnosa akhir terucap, begitu takut:
"Pasien ini kritis, di ambang maut."
Haruskah kami cabut semua penyambung yang menyiksa?
Membiarkanmu pergi, menuju tenang atau menuju sirna?
Ataukah menanti keajaiban, di antara serpihan asa?
Wahai Ibu dan ayah Indonesia kita , di ruang ICU ini... masihkah kau Indonesia ku Indonesimu bernyawa?
Bandung, 6 September 2025
Komentar
Posting Komentar