Reshuffle Kabinet Prabowo-Gibran: Solusi atau Beban Rakyat?
🔍 Reshuffle Kabinet Prabowo-Gibran: Solusi atau Beban Rakyat?
⚖️ Latar Belakang dan Dinamika
Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kedua terhadap Kabinet Merah Putih, mengganti lima menteri dan membentuk satu kementerian baru: Kementerian Haji dan Umrah. Di antara yang diganti adalah tokoh-tokoh sentral seperti Sri Mulyani (Menkeu), Budi Gunawan (Menko Polhukam), dan Dito Ariotedjo (Menpora). Beberapa kursi strategis bahkan masih kosong, menimbulkan tanda tanya publik tentang arah pemerintahan ke depan.
🧩 Motif dan Strategi Politik
Reshuffle ini tampak sebagai:
1. Konsolidasi kekuasaan: Menguatkan loyalis dan mengurangi pengaruh warisan politik sebelumnya, seperti isu “Geng Solo” yang dikaitkan dengan reshuffle Abdul Kadir Karding.
2. Penyesuaian visi: Prabowo menyebut reshuffle sebagai hasil evaluasi berkelanjutan untuk menyelaraskan kinerja kabinet dengan visi pemerintahan.
3. Manuver simbolik: Pembentukan Kementerian Haji dan Umrah bisa dibaca sebagai sinyal politik ke basis pemilih religius, sekaligus memperluas birokrasi.
📉 Risiko dan Beban Rakyat
Meski reshuffle bisa menjadi solusi, ada potensi beban yang perlu dicermati:
1. Ketidakpastian kebijakan: Pergantian menteri di sektor strategis seperti keuangan dan keamanan bisa mengganggu kesinambungan program.
2. Biaya politik dan birokrasi: Pembentukan kementerian baru dan pelantikan ulang memerlukan anggaran, waktu, dan adaptasi yang tidak kecil.
3. Kekosongan jabatan: Dua kursi menteri yang belum terisi menunjukkan potensi stagnasi dalam pengambilan keputusan.
🌱 Peluang Solusi
Namun, reshuffle juga membuka peluang:
1. Penyegaran birokrasi: Menteri baru seperti Purbaya Yudhi Sadewa (Menkeu) dan Ferry Juliantono (Menkop) membawa harapan akan pendekatan segar.
2. Momentum koreksi: Jika diikuti dengan reformasi sistemik dan transparansi, reshuffle bisa menjadi titik balik menuju tata kelola yang lebih baik.
🧭 Sebagai Refleksi Nusantara: Spiral atau Zig-Zag?
Dalam kerangka spiral dan zig-zag strategi politik yang kembangkan, reshuffle ini bisa dibaca sebagai:
1. Zig-zag taktis: Manuver cepat untuk menghindari tekanan politik dan memperkuat posisi.
2. Spiral etis: Jika diikuti dengan dokumentasi artefaktual, mentoring publik, dan refleksi spiritual, maka reshuffle bisa menjadi bagian dari proses transformatif.
Bandung, 9/9/2025
Komentar
Posting Komentar