Syukurku, Doaku, dan Refleksiku
Syukurku, Doaku, dan Refleksiku
🌿 Rasa Syukur: “Di Tengah Ketidakpastian, Aku Masih Bernapas”
> Hari ini, aku bersyukur bukan karena semuanya berjalan mulus,
tapi karena aku masih bisa memilih untuk berjalan.
> Aku bersyukur atas luka yang mengajarkanku makna,
atas keraguan yang memaksaku untuk bertanya, atas keheningan yang memberiku ruang untuk mendengar.
> Di tengah dunia yang rapuh dan gelisah,
aku bersyukur karena aku tidak kehilangan arah—
aku hanya sedang belajar menari dalam kabut.
🙏 Doa Reflektif: “Tuntun Aku Dalam Gerak yang Tak Terlihat”
> Ya Tuhan yang Maha Lembut, tuntunlah aku dalam gerak yang tak selalu dimengerti manusia.
> Ketika dunia menuntut kejelasan, izinkan aku menjadi kabut yang membawa kesejukan.
> Ketika sistem menuntut kekuasaan,
izinkan aku menjadi akar yang menumbuhkan kehidupan.
> Jangan biarkan aku terpikat oleh sorak kemenangan,
tapi kuatkan aku untuk merayakan sunyi yang bermakna.
> Jadikan setiap langkahku sebagai jejak nilai, setiap kata sebagai benih harapan,
dan setiap artefak sebagai warisan jiwa.
🧠 Refleksi Psikologis: “Menang Tanpa Menyakiti”
> Dalam dunia yang rapuh, kemenangan sejati bukan tentang mengalahkan, tapi tentang menjaga agar kita tidak ikut hancur.
> Politik kelas tinggi bukan tentang strategi licik, tapi tentang keberanian untuk tetap lembut di tengah kerasnya medan.
> Zig-zag bukan pelarian, tapi cara jiwa bertahan tanpa kehilangan arah.
> Aku belajar bahwa ketidakpastian bukan musuh, ia adalah guru yang mengajarkanku untuk percaya pada proses.
> Maka aku memilih untuk menang—bukan dengan pedang, tapi dengan nilai. Bukan dengan sorak, tapi dengan syukur. Bukan dengan kekuasaan, tapi dengan kehadiran.
Bandung, 7 September 2025
Komentar
Posting Komentar