Kilas Balik Perkembangan Sastra Sunda Tahun 2025

Kilas Balik Perkembangan Sastra Sunda Tahun 2025
By A. Rohmandar                                             
I. Pendahuluan

Tahun 2025 menjadi salah satu periode penting dalam perjalanan Sastra Sunda, ditandai oleh dinamika yang semakin kompleks antara pelestarian tradisi dan inovasi kontemporer. Di tengah arus globalisasi, digitalisasi, dan perubahan sosial yang cepat, Sastra Sunda tidak hanya bertahan, tetapi juga menunjukkan vitalitas baru melalui karya-karya mutakhir, penghargaan prestisius, serta inisiatif digital yang memperluas akses dan apresiasi. Laporan ini menyajikan kilas balik perkembangan Sastra Sunda sepanjang tahun 2025, dengan menyoroti karya-karya penting yang diterbitkan, penulis-penulis yang menonjol, penghargaan sastra, tren dan tema dominan, peran media sosial dan platform digital, hingga respons komunitas dan akademisi. Selain itu, laporan ini juga membahas peran lembaga kebudayaan, proyek pendidikan, serta pasar buku dan eksperimen gaya dalam karya kontemporer. Profil khusus diberikan kepada Godi Suwarna, tokoh kunci yang tahun ini meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia kategori Sastra.

II. Sorotan Umum Perkembangan Sastra Sunda 2025

Tahun 2025 memperlihatkan Sastra Sunda berada pada persimpangan antara pelestarian nilai-nilai tradisional dan eksplorasi bentuk-bentuk baru yang lebih adaptif terhadap zaman. Di satu sisi, karya-karya klasik dan nilai-nilai lokal tetap menjadi fondasi, sementara di sisi lain, penulis-penulis muda dan senior sama-sama mendorong batasan estetika dan tematik. Inovasi digital, baik dalam bentuk digitalisasi naskah maupun pemanfaatan media sosial, semakin memperluas jangkauan dan partisipasi publik dalam dunia sastra. Keterlibatan lembaga pendidikan, komunitas, dan pemerintah juga semakin intensif, terutama dalam upaya revitalisasi bahasa dan sastra Sunda di kalangan generasi muda. 

III. Karya-Karya Penting Sastra Sunda yang Diterbitkan pada 2025

Daftar Karya Sastra Sunda Penting 2025

| Judul Karya                               | Jenis         | Penulis                | Penerbit/Tahun | Catatan Khusus                        |
| Anggota Dewan Ngagantung Maneh            | Kumpulan Cerpen| Hidayat Soesanto       | Geger Sunten/2024 | Pemenang Hadiah Sastra Rancage 2025   |
| Si Sipus                                  | Kumpulan Cerpen| Deni A. Fajar          | -/2024        | Nominasi Rancage 2025                 |
| Asmarandana Liwung                        | Novel         | Aam Amilia             | -/2024        | Nominasi Rancage 2025                 |
| Bulan Sesa                                | Kumpulan Cerpen| Imas Rohilah           | -/2025        | Kajian feminis, disorot akademisi      |
| Lapang di Pasir Leutik                    | Novelet       | Agus Sugianto          | -/2025        | Kajian struktural dan moral            |
| Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah         | Drama         | Rosyid É. Abby         | -/2025        | Ulikan agama Islam                    |
| Ngabungbang                               | Kumpulan Sajak| Nazarudin Azhar        | -/2025        | Kajian struktural dan semiotik         |
| Tambélar                                  | Drama         | Dado Tisna             | -/2025        | Kajian sosial                         |
| Bulan Sesa                                | Kumpulan Cerpen| Imas Rohilah           | -/2025        | Kajian feminis, citra perempuan        |
| Novel dan cerpen digital di platform online| Beragam       | Penulis muda           | -/2025        | Banyak diakses via media sosial        |

Tabel di atas merangkum sebagian karya penting yang menjadi perhatian sepanjang tahun 2025, baik dari segi penghargaan, kajian akademik, maupun respons publik. Kumpulan cerpen "Anggota Dewan Ngagantung Maneh" karya Hidayat Soesanto, misalnya, berhasil meraih Hadiah Sastra Rancage 2025, menandakan pengakuan atas kualitas dan relevansi tematiknya. Sementara itu, karya-karya seperti "Bulan Sesa" dan "Lapang di Pasir Leutik" menjadi objek kajian akademik, terutama dalam konteks feminisme dan moralitas. 

Karya-karya yang terbit tahun ini menunjukkan keberagaman bentuk, mulai dari cerpen, novel, drama, hingga puisi. Selain itu, terdapat kecenderungan meningkatnya publikasi digital, baik melalui platform daring, media sosial, maupun aplikasi pembelajaran bahasa Sunda. Hal ini memperluas akses pembaca dan mempercepat proses diseminasi karya. 

IV. Penulis-Penulis Sunda yang Menonjol pada 2025

Tahun 2025 menampilkan sejumlah penulis yang menonjol, baik dari generasi senior maupun muda. Godi Suwarna tetap menjadi figur sentral, tidak hanya karena produktivitasnya, tetapi juga karena pengakuan nasional yang diraihnya tahun ini. Selain Godi, nama-nama seperti Hidayat Soesanto, Deni A. Fajar, Imas Rohilah, dan Agus Sugianto mendapat sorotan melalui karya-karya yang inovatif dan relevan dengan isu-isu kontemporer. 

Penulis muda juga mulai menunjukkan eksistensi, terutama melalui karya-karya yang dipublikasikan secara digital dan partisipasi aktif dalam festival serta lomba sastra. Beberapa di antaranya bahkan mengangkat tema-tema baru seperti urbanisasi, identitas gender, dan kritik sosial, memperkaya khazanah Sastra Sunda modern. 

V. Penghargaan Sastra Sunda Tahun 2025

Tabel Penghargaan Sastra Sunda 2025

| Nama Penghargaan                | Penerima                  | Kategori            | Keterangan                      
| Anugerah Kebudayaan Indonesia    | Godi Suwarna              | Sastra              | Penghargaan nasional tertinggi   |
| Hadiah Sastra Rancage           | Hidayat Soesanto          | Kumpulan Cerpen     | "Anggota Dewan Ngagantung Maneh"|
| Hadiah Sastra Rancage (Jasa)     | Us Tiarsa                 | Jasa Sastra Sunda   | Pengabdian lebih 60 tahun        |
| Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) | Pelajar SD/SMP se-Jabar   | Lomba Sastra        | 7 cabang lomba, ribuan peserta  |

Penghargaan paling bergengsi tahun ini adalah Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 yang diberikan kepada Godi Suwarna atas dedikasi dan konsistensinya dalam menghidupkan, mengembangkan, dan memperkaya Sastra Sunda modern. Penghargaan ini tidak hanya mengukuhkan posisi Godi sebagai sastrawan utama Sunda, tetapi juga menjadi simbol pengakuan negara terhadap pentingnya sastra daerah dalam membangun identitas nasional.

Hadiah Sastra Rancage 2025, yang telah memasuki tahun ke-37, kembali menjadi barometer kualitas karya sastra daerah. Tahun ini, "Anggota Dewan Ngagantung Maneh" karya Hidayat Soesanto dinobatkan sebagai karya terbaik, sementara Us Tiarsa menerima penghargaan jasa atas pengabdian panjangnya di dunia Sastra Sunda. Selain itu, Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Jawa Barat menjadi ajang penting bagi pelajar untuk mengekspresikan kecintaan terhadap bahasa dan sastra Sunda melalui berbagai lomba. 

VI. Tema dan Tren Dominan dalam Karya Sastra Sunda 2025

Sastra Sunda tahun 2025 memperlihatkan keberagaman tema yang mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan psikologis masyarakat Sunda. Beberapa tema dominan yang muncul antara lain:

- Identitas dan Tradisi : Banyak karya yang mengeksplorasi hubungan antara individu dan akar budaya Sunda, baik dalam bentuk refleksi atas tradisi maupun kritik terhadap perubahan sosial. 
- Modernitas dan Urbanisasi : Penulis muda cenderung mengangkat isu-isu urban, globalisasi, dan tantangan identitas di tengah arus modernisasi. 
- Kritik Sosial dan Politik : Cerpen dan novel kerap memuat kritik terhadap birokrasi, korupsi, dan ketidakadilan sosial, seperti terlihat dalam karya pemenang Rancage tahun ini.
- Eksplorasi Mitologi dan Simbolisme : Karya-karya Godi Suwarna dan beberapa penulis lain tetap memadukan mitos, legenda, dan simbol tradisional dengan pendekatan modern dan eksperimental.
- Feminisme dan Gender : Kajian akademik terhadap karya seperti "Bulan Sesa" menyoroti citra perempuan dan isu-isu feminisme dalam Sastra Sunda kontemporer. 
- Ekologi dan Kearifan Lokal : Babasan dan paribasa Sunda yang mengandung aspek hidrologis dan filosofi alam menjadi objek kajian, menegaskan pentingnya relasi manusia-alam dalam budaya Sunda. 
Tren lain yang menonjol adalah penggunaan bahasa Sunda dalam bentuk yang lebih fleksibel dan adaptif, baik melalui eksperimen gaya, penggunaan dialek, maupun integrasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa gaul. 

VI. Peran Media Sosial dan Platform Digital dalam Penyebaran dan Apresiasi Sastra Sunda

Perkembangan teknologi digital pada 2025 membawa dampak signifikan terhadap penyebaran dan apresiasi Sastra Sunda. Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan YouTube menjadi ruang baru bagi penulis dan komunitas sastra untuk mempublikasikan karya, berdiskusi, dan membangun jejaring. Platform digital seperti learningsundanese.com menyediakan materi pembelajaran interaktif, termasuk sastra dan budaya Sunda, yang efektif menjangkau generasi muda.

Inovasi lain yang menonjol adalah penggunaan augmented reality (AR) dalam pembelajaran tata krama bahasa Sunda di sekolah, terbukti meningkatkan pemahaman dan minat siswa. Selain itu, digitalisasi naskah dan arsip melalui proyek Gapura (Gala Pustaka Nusantara) membuka akses luas terhadap koleksi naskah, buku, majalah, dan dokumen sejarah Sunda[).

Media sosial juga berperan dalam promosi acara sastra, festival, dan peluncuran buku, serta menjadi wadah diskusi kritis antara penulis, akademisi, dan pembaca. Banyak penulis muda memanfaatkan platform daring untuk menerbitkan cerpen, puisi, dan esai, mempercepat proses diseminasi dan memperluas audiens. 

VII. Inisiatif Digitalisasi Naskah dan Arsip Sunda: Proyek Gapura

Salah satu pencapaian monumental tahun ini adalah peluncuran Gapura (Gala Pustaka Nusantara) oleh Pusat Studi Sunda (PSS) bekerja sama dengan Aryadhara Foundation. Gapura merupakan platform digital yang menghimpun dan mendigitalkan lebih dari satu juta halaman literatur Sunda, termasuk naskah kuno, buku, majalah, koran, jurnal, hingga dokumen pribadi dan pemerintah[
Proyek Gapura tidak hanya berfokus pada pelestarian arsip, tetapi juga mengadopsi teknologi Web3, tokenisasi aset budaya (NFT), dan sistem DAO untuk tata kelola komunitas yang transparan. Pendanaan proyek ini mencapai US$1,4 juta selama tiga tahun, dengan tujuan mendukung digitalisasi, penerbitan NFT budaya, pendidikan publik, dan peluang ekonomi bagi pelaku budaya. 
Gapura menjadi sumber daya penting bagi peneliti, pelajar, dan masyarakat umum, memudahkan akses terhadap khazanah budaya Sunda yang sebelumnya sulit dijangkau. Inisiatif ini juga mendapat apresiasi dari pemerintah dan komunitas budaya, serta menjadi model kolaborasi lintas negara dalam pelestarian warisan budaya. 

VII. Respons Komunitas Sastra dan Akademisi terhadap Perkembangan Sastra Sunda 2025

Respons komunitas sastra dan akademisi terhadap perkembangan Sastra Sunda tahun ini sangat positif, namun tetap kritis. Diskusi yang digelar oleh Yayasan Kebudayaan Rancage, misalnya, menyoroti perlunya formula baru agar Sastra Sunda tidak hanya dibaca karena kewajiban akademik, tetapi juga karena kesadaran akan nilai budayanya. Akademisi menekankan pentingnya inovasi dalam penyebaran dan pembelajaran sastra, terutama melalui media digital dan pelibatan komunitas non-sastra.

Beberapa kekhawatiran tetap muncul, seperti menurunnya minat baca sastra daerah di luar lingkup akademik dan tantangan menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas. Namun, inisiatif digitalisasi, festival, dan lomba sastra dinilai efektif dalam membangkitkan minat generasi muda dan memperkuat identitas budaya Sunda.

Akademisi juga aktif melakukan penelitian dan publikasi tentang Sastra Sunda, baik dalam bentuk kajian struktural, feminis, ekokritik, hingga inovasi pembelajaran berbasis teknologi. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal dianggap kunci keberlanjutan revitalisasi budaya Sunda. 

VIII. Peran Lembaga dan Organisasi Kebudayaan dalam Mendukung Sastra Sunda 2025

Lembaga kebudayaan seperti Pusat Studi Sunda (PSS), Yayasan Kebudayaan Rancage, Paguyuban Pasundan, dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat memainkan peran sentral dalam mendukung pengembangan Sastra Sunda. PSS, misalnya, tidak hanya meluncurkan Gapura, tetapi juga aktif dalam riset, pengembangan kurikulum, dan kolaborasi internasional. 
Yayasan Kebudayaan Rancage terus mengadakan penghargaan tahunan dan diskusi kebudayaan, serta mengembangkan platform digital Rancage Pedia untuk merangkum karya sastra daerah pemenang penghargaan. Paguyuban Pasundan dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat fokus pada pelatihan guru, pembinaan komunitas, dan penyelenggaraan festival bahasa dan sastra. 
Kolaborasi lintas lembaga, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, semakin intensif, terutama dalam digitalisasi naskah, pengembangan kurikulum, dan promosi budaya Sunda di kancah global. 

IX. Proyek Pendidikan dan Kurikulum Terkait Bahasa dan Sastra Sunda 2025

Implementasi Kurikulum Merdeka di Jawa Barat menempatkan Bahasa Sunda sebagai muatan lokal wajib di semua jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini menekankan pembelajaran berbasis kearifan lokal, penguatan karakter, dan integrasi sastra dalam proses belajar-mengajar. Buku saku, capaian pembelajaran (CP), dan e-modul Bahasa Sunda telah disusun dan didistribusikan secara luas, memudahkan guru dan siswa dalam mengakses materi yang relevan dan kontekstual. 
Selain itu, inovasi pembelajaran berbasis teknologi, seperti penggunaan augmented reality (AR) untuk materi tata krama bahasa Sunda, terbukti efektif meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa. Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) menjadi ajang penting untuk menumbuhkan kecintaan pelajar terhadap bahasa dan sastra Sunda melalui lomba-lomba kreatif. 

X. Publikasi Akademik dan Penelitian tentang Sastra Sunda 2025

Tahun 2025 ditandai oleh meningkatnya publikasi akademik tentang Sastra Sunda, baik dalam bentuk skripsi, tesis, artikel jurnal, maupun buku kajian. Beberapa tema penelitian yang menonjol meliputi:

- Kajian Struktural dan Moral: Analisis terhadap karya-karya seperti "Lapang di Pasir Leutik" dan "Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah".
- Kajian Ekokritik dan Kearifan Lokal: Analisis babasan dan paribasa Sunda yang mengandung aspek hidrologis dan filosofi alam. 
- Digitalisasi dan Revitalisasi : Studi tentang peran platform digital seperti learningsundanese.com dan Gapura dalam pelestarian budaya Sunda. 

Penelitian-penelitian ini tidak hanya memperkaya khazanah keilmuan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan metode pembelajaran dan pelestarian Sastra Sunda di era digital.

XI. Festival, Pembacaan Puisi, dan Acara Sastra Sunda Sepanjang 2025

Tahun 2025 diramaikan oleh berbagai festival, pembacaan puisi, dan acara sastra yang melibatkan penulis, pelajar, dan komunitas. Festival Bulan Bahasa dan Sastra Sunda di Kabupaten Sukabumi, misalnya, menjadi ajang tahunan yang mempertemukan warga belajar, tutor, dan komunitas pendidikan dalam lomba-lomba kesusastraan dan kebahasaan Sunda. Acara ini tidak hanya menjadi arena kompetisi, tetapi juga ruang silaturahmi dan penguatan identitas budaya.

Hajatan Sastra Rumah Koclok di Ciamis menampilkan pembacaan puisi oleh Godi Suwarna dan penulis lain, memperlihatkan sinergi antara generasi senior dan muda dalam menghidupkan tradisi sastra lisan dan pertunjukan. Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat provinsi juga menjadi momentum penting dalam membangkitkan semangat pelestarian bahasa dan sastra Sunda di kalangan pelajar. 


XII. Penerbitan dan Pasar Buku Sastra Sunda 2025

Pasar buku Sastra Sunda tahun ini menunjukkan tren positif, didukung oleh meningkatnya minat baca, inovasi penerbitan, dan kemudahan akses melalui toko buku daring seperti Gramedia dan Tokopedia. Buku-buku pelajaran, kumpulan cerpen, novel, dan kamus bahasa Sunda tetap menjadi pilihan utama, sementara karya-karya baru dari penulis muda mulai mendapat tempat di rak-rak digital dan fisik.

Harga buku Sunda di pasaran bervariasi, dengan rata-rata sekitar Rp45.000–Rp100.000 per eksemplar, tergantung jenis dan penerbit. Penerbit seperti Geger Sunten, Yrama Widya, dan Pustaka Jaya aktif menerbitkan buku-buku baru, baik untuk kebutuhan pendidikan maupun apresiasi sastra. Selain itu, aplikasi dan platform digital semakin memudahkan pembaca mengakses cerpen, puisi, dan materi pembelajaran bahasa Sunda. 


XII. Penggunaan Bahasa Sunda dalam Karya Kontemporer dan Eksperimen Gaya 2025

Salah satu ciri khas Sastra Sunda tahun ini adalah keberanian penulis dalam bereksperimen dengan gaya, struktur, dan penggunaan bahasa. Banyak karya yang memadukan bahasa Sunda baku dengan dialek lokal, bahasa Indonesia, dan bahkan bahasa gaul, menciptakan nuansa yang lebih segar dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. 

Eksperimen gaya juga terlihat dalam bentuk-bentuk baru, seperti puisi visual, cerpen digital, dan drama interaktif. Penulis seperti Godi Suwarna dikenal dengan keberanian estetiknya, sering menghadirkan tema-tema gelap dan mendalam dengan bahasa yang tajam, puitis, dan kadang absurd. Karya-karya ini tidak hanya memperluas kemungkinan ekspresi sastra Sunda, tetapi juga menantang pembaca untuk berpikir kritis dan reflektif.

XIII. Peran Tokoh Kunci: Profil Godi Suwarna dan Kontribusinya pada 2025

Godi Suwarna menjadi tokoh sentral dalam perkembangan Sastra Sunda tahun ini. Lahir di Tasikmalaya pada 23 Mei 1956, Godi dikenal sebagai sastrawan produktif yang menulis cerpen, puisi, dan naskah drama berbahasa Sunda sejak 1976. Karya-karyanya rutin dipublikasikan di berbagai media massa dan menjadi rujukan penting dalam perkembangan sastra Sunda mutakhir.

Pada 17 Desember 2025, Godi Suwarna menerima Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025  kategori Sastra, penghargaan tertinggi dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan atas konsistensi dan dedikasinya dalam menghidupkan, mengembangkan, dan memperkaya Sastra Sunda modern selama puluhan tahun. 
Godi dikenal dengan keberanian estetik yang jarang, sering menulis tema-tema gelap seperti kematian, kegilaan, kekuasaan, iman, dan keterasingan manusia. Ia juga aktif dalam membangun ekosistem sastra, membina penulis muda, dan memperkuat ruang-ruang literasi berbahasa Sunda. Selain sastra, Godi memiliki latar belakang kuat di dunia teater, pernah menyutradarai pagelaran puisi di Australia dan tampil di berbagai negara.

Kontribusi Godi Suwarna tidak hanya pada tataran karya, tetapi juga dalam membangun jejaring komunitas, menginisiasi acara sastra, dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya tanpa kehilangan akar budaya. 

XIV. Analisis Babasan dan Paribasa Sunda: Kearifan Lokal dan Nilai Filosofis

Kajian akademik tahun ini juga menyoroti kekayaan babasan dan paribasa Sunda, terutama yang mengandung aspek hidrologis dan filosofi alam. Ungkapan-ungkapan seperti "Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok" (tetesan air menimpa batu, lama-lama menjadi cekungan) menjadi metafora tentang ketekunan dan konsistensi. Sementara "Hérang caina beunang laukna" (airnya jernih, ikannya dapat) melambangkan tercapainya tujuan tanpa merugikan orang lain.

Analisis leksikosemantik menunjukkan bahwa babasan dan paribasa tidak hanya mencerminkan kondisi geografis dan lingkungan masyarakat Sunda, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang mendalam tentang kehidupan, keseimbangan alam, dan etika sosial. Kajian ini menegaskan pentingnya pelestarian tradisi lisan sebagai bagian dari identitas budaya.

XV. Tantangan dan Peluang: Revitalisasi Sastra Sunda di Era Gen Z

Salah satu tantangan utama Sastra Sunda tahun ini adalah menurunnya jumlah penutur aktif di kalangan generasi muda, terutama di perkotaan. lebar melalui inovasi digital, pendidikan berbasis kearifan lokal, dan kolaborasi lintas sektor. Buku "Menelisik Kearifan Lokal Budaya Sunda di Era Gen Z" menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam mengenal, mempelajari, dan mengembangkan budaya Sunda di tengah kecanggihan teknologi. 
Festival, lomba, dan pelatihan guru menjadi strategi efektif untuk membangkitkan minat dan kebanggaan terhadap bahasa dan sastra Sunda. Media digital, aplikasi pembelajaran, dan platform daring memperluas akses dan partisipasi, menjadikan Sastra Sunda tetap relevan dan membanggakan di era globalisasi.

XVI. Penutup: Refleksi dan Prospek Masa Depan Sastra Sunda

Kilas balik perkembangan Sastra Sunda tahun 2025 menunjukkan bahwa, meskipun menghadapi tantangan besar, sastra daerah ini tetap hidup dan berkembang melalui inovasi, kolaborasi, dan dedikasi para pelaku budaya. Penghargaan nasional, digitalisasi naskah, eksperimen gaya, dan partisipasi generasi muda menjadi bukti bahwa Sastra Sunda mampu beradaptasi dan memberikan kontribusi penting dalam membangun identitas budaya Indonesia.

Ke depan, sinergi antara pemerintah, lembaga kebudayaan, akademisi, komunitas, dan pelaku industri kreatif perlu terus diperkuat. Inovasi digital, pendidikan berbasis kearifan lokal, dan pelestarian tradisi lisan harus berjalan seiring untuk memastikan bahwa Sastra Sunda tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan menginspirasi generasi mendatang.
Bandung, 19 Desember 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Asep Rohmandar : Presiden Masyarakat Peneliti Mandiri Sunda Nusantara

Visi dan Misi Asep Rohmandar sebagai penulis dan peneliti

Prolog Buku Komunikasi Pendidikan Yang Efektif? By Asep Rohmandar